Pantai Gandoriah: Sebuah Lamunan

Ulfi Chalista
2 min readMar 6, 2022

--

Ada yang romantis di Pantai Gandoriah. Bukan menyoal tentang tempat para muda-mudi memadu kasih dan mengerling tersipu-sipu. Tapi, menyoal asal nama pantai kebanggaan kota pesisir kami ini.

Pantai ini terletak di sisi barat Kota Pariaman. Panas terik yang menyengat tidak menghalangi orang-orang, lokal atau pun tidak, untuk mengunjungi titik wisata andalan Kota Tabuik ini. Payung-payung rendah menjamur di pasir pantai, disediakan pedagang lokal. Boleh jadi untuk tempat merenung atau hanya sekedar bersantai menikmati biru lautan, asalkan tentu saja beli es kelapa dulu. Laris manis.

Gandoriah. Nama yang tidak biasa terdengar oleh saya selain sebagai nama suatu pantai, saya tahu kemungkinan 'gandoriah' ada artinya dalam bahasa Minangkabau, tapi saya kurang yakin apa.

Beberapa hari lalu saya sedang iseng googling tentang nama-nama buah khas Indonesia, saya menemukan buah Maja dan satu lagi membuat saya terbelalak: buah Gandaria. Nama buah yang terdengar sangat familiar dengan nama yang membuat saya bertanya-tanya apa artinya. Lalu saya kepikiran, jangan-jangan Pantai Gandoriah diberi nama 'gandoriah' karena ada banyak pohon Gandaria di sekitar pantai itu?

Saya langsung kroscek dong dengan ayah saya yang istilahnya native Kota Pariaman, beliau setidaknya mengoreksi teori konspirasi saya ini. Ayah saya hanya tersenyum mendengar teori saya, lalu menjelaskan sepengetahuannya tentang Pantai Gandoriah ini dan usut punya usut, ternyata nama pantai kami ini diambil dari seorang putri bernama Gandoriah. Saya langsung ingat dengan kaba yang dulu pernah saya baca sekilas yang merupakan salah satu cerita rakyat dari kota kami dan nama pantai ini diambil dari tokoh cerita rakyat Pariaman tersebut, yaitu Puti Gondan Gandoriah.

Puti Gondan Gandoriah, adalah sebuah nama dari seorang bangsawan dan kekasih Anggun nan Tongga dari cerita dengan judul yang sama. Kaba ini bercerita tentang kisah cinta Nan Tongga dengan Gondan Gandoriah serta petualangan Nan Tongga mengarungi laut untuk menemui tiga pamannya yang lama tidak balik dari merantau karena mereka konon diculik oleh bajak laut, ia berlayar meninggalkan kampung halamannya Kampung Dalam, di Pariaman. Saat akan berangkat, Gondan Gandoriah memintanya membawa buah tangan berupa 120 buah benda dan hewan langka dan ajaib.

Sepasang kekasih dari sebuah kaba. Salah satunya abadi menjadi nama pantai kebanggaan masyarakat Kota Pariaman.

Kemudian, di dekat pantai, dibangun sebuah hotel. Hotel yang sudah cukup lama berdiri di tepi pantai itu bernama Hotel Nan Tongga.

Saya merasa tergelitik dan berpikir apa orang yang pikirkan, mungkinkah ia membangun hotel ini dengan sengaja atau tidak dalam memilih nama. Betapa puitisnya orang yang membangun hotel ini apabila ia sengaja mereferensikan nama kekasih Gondan Gandoriah sebagai nama hotelnya. Seakan-akan sepasang kekasih dalam kaba dipersatukan kembali.

--

--

Ulfi Chalista
Ulfi Chalista

Written by Ulfi Chalista

I write about things sometimes.

No responses yet